• SMA NEGERI 1 SUKATANI
  • MAJU BERSAMA HEBAT SEMUA

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Peputusan Nilai-nilai Kebijakan Sebagai Seorang Pemimpin

Assalamualikum Wr.Wb

Salam dan Bahagia guru-guru hebat di Indonesia.

Perkenalkan nama saya Erlita, saya mengajar di SMAN 1 Sukatani Kabupaten Purwakarta Provinsi Jawa Barat. Pada saat ini saya sedang menempuh Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 7 kelas 79 dengan fasilitator Bapak Riyan Rosal Yosma Oktapyanto, M.Pd dan pengajar praktik Ibu Hj. Sri Mulyani, S.Pd, M.Pd.

Sebagai seorang guru, kita sering dihadapkan pada dilema etika dan moral, dan guru harus mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai yang diyakini dan aturan yang berlaku. Bagaimana mengambil keputusan berdasarkan kebajikan sebagai pemimpin (guru). Hal ini membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang pengetahuan dan keterampilan dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan hal tersebut, saya akan berbagi informasi terkait dengan pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin.

Bapak ibu guru hebat mari kita Bersama merenungkan kalimat bijak di bawah ini yang saya kutip dari pertanyaan pemantik di LMS guru penggerak modul 3.1:

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert

Pendidikan merupakan proses yang sistematis dan terencana yang sangat mempengaruhi perilaku dan karakter murid. Pengetahuan yang baik dilandasi oleh karakter yang baik agar murid dapat hidup bahagia dan seaman mungkin. Pemimpin pembelajar harus mampu menjadi panutan utama bagi muridnya, yang keteladanan tutur kata dan perbuatannya tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Menjadi seorang pendidik berarti kita siap menjadi teladan dalam segala kebajikan bagi murid dan seluruh warga sekolah, termasuk lingkungan tempat kita tinggal. Hal ini sejalan dengan kalimat bijak yang saya kutip dari pertanyaan pematik di LMS guru penggerak modul 3.1:

Education is the art of making man ethical.

Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.

~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Memahami ungkapan bijak tersebut, pendidikan adalah proses membimbing murid melalui penguatan karakter agar menjadi generasi yang memiliki nilai-nilai moral, kebajikan dan kebenaran untuk melangsungkan kehidupannya.

Bapak ibu guru hebat , setelah kita mencoba memahami dua kalimat bijak tersebut, berikut ini adalah rangkuman kesimpulan pembelajaran modul 3.1 koneksi antar materi Pendidikan guru penggerak Pengambilan Keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin yang disusun berdasarkan 14 pertanyaan berikut ini:

  1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

 

Ki Hajar Dewantara dalam filosofi pemikirannya telah mengajarkan bagaimana seharusnya pendidikan dan bagaimana seharusnya seorang pendidik. Pendidikan itu menuntun, bukan menuntut, karena setiap anak telah memiliki garis kodratnya masing-masing dan tugas pendidik untuk mencetak tebal garis kodrat itu, secara seimbang antara cipta, karsa dan karyanya sehingga menyatukan ketiga elemen tersebut menjadi budi pekerti. Pendidikan seharusnynya menghamba pada murid, artinya pembelajaran harus berpihak pada murid,  murid itu subyek bukan obyek, pendidik hanyalah fasilitator bukan instruktur, yang mampu mengasuh dan mengasah murid dengan asih. 

 

Guru adalah pamong bagi murid dengan berpegang pada trilogi ing ngarso sung tuladha memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. KHD berpandangan bahwa sebagai seorang guru, itu harus memberikan tauladan atau contoh praktik baik kepada murid. Dalam setiap pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun karsa dan pada akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani. Artinya dari belakang hendaknya memberikan dukungan. Intinya kita sebagai seorang guru harus bia memberikan dukungan, arahan dan bimbingan kepada para siswa. Guru bertugas menyemangati siswa.

 

Dalam menjalankan peran sebagai guru, ada kalanya guru dihadapkan dalam situasi yang mengandung dilema etika dan bujukan moral. Dilema etika merupakan sebuah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih dua pilihan. Di mana kedua pilihan benar secara moral, tetapi bertentangan. Bujukan moral adalah sebuah situasi ketika pendidik harus memilih keputusan benar atau salah.

 

Menurut penulis pengaruh pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka terhadap sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran adalah guru menyadari dalam lingkungan sekolah akan ditemukan berbagai dilema etika dan bujukan moral. Maka dari itu disinilah guru harus memiliki kompetensi dan peran sesuai dengan filosofi Pratap Triloka dari KHD dengan cara menjadi sosok teladan yang positif, motivator, dan sekaligus moral support bagi murid untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila dan merdeka belajar sehingga  guru seyogyanya  mengacu pada 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan  9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan dalam situasi yang menantang dan bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut.

 

  1. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

 

Di dalam diri setiap manusia pasti telah tertanam nilai-nilai yang ia yakini. Demikian pula dalam diri seorang guru, pasti telah memiliki khasanah nilai-nilai yang diyakini kebenarannya.  Namun dalam perjalanan menjalankan tugasnya, seorang guru juga dihadapkan pada pertentangan nilai benar lawan salah atau bujukan moral dan pertentangan nilai-nilai yang sama-sama mengandung kebenaran atau dilema etika. Dalam kasus seperti ini, nilai-nilai yang telah tertanam  pasti akan mempengaruhi pengambilan keputusan yang diambil, sehingga keputusan yang diambil akan bersifat subyektif. Oleh karena itulah, seorang guru harus mampu menyelaraskan nilai-nilai yang ia yakini dengan nilai nilai kebajikan yang universal yaitu keadilan, tanggung jawab, kejujuran, bersyukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih sayang, rajin, komitmen, percaya diri, dan kesabaran. Dengan demikian pengambilan keputusannya tetap berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan universal, bukan hanya pada nilai-nilai yang ia yakini saja. Selain nilai-nilai kebajikan universal, ada prinsip-prinsip yang mendasari seseorang dalam pengambilan keputusan yaitu:

  1. Berpikir berbasis hasil akhir ( End based thinking)
  2. Berpikir berbasis peraturan ( Rule based thinking)
  3. Berpikir berbasis rasa perduli (Care based thinking)

 

  1. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Proses pengambilan keputusan berkaitan juga dengan coaching. Dalam pelaksanaan coaching, coach menuntun coachee untuk dapat menemukan jalan keluar dari permasalahannya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terbuka, efektif yang menggali potensi atau kekuatan coachee, sehingga pada akhirnya coachee dapat mengambil keputusan sendiri terkait apa yang akan ia lakukan untuk mengatasi permasalahannya.

Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching alur TIRTA sangat ideal apabila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.

TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Alur TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching, yaitu untuk mengembangkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah akronim dari Goal, Reality, Options dan Will. Sedangkan TIRTA akronim dari : T : Tujuan ; I : Identifikasi; R : Rencana aksi ;TA: Tanggung jawab

  1. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Guru sebagai pemimpin pembelajar yang harus mampu mengelola dan menyadari bahwa aspek sosial emosional sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan terutama dalam masalah dilema etika baik pada murid ataupun rekan kerja. Adapun kompetensi pengambilan keputusan dalam aspek sosial emosional yang perlu dikembangkan yaitu (1) Kesadaran diri atau self awerness yaitu berkaitan dengan kemampuan untuk mengenali diri secara akurat mengenai emosi, pikiran dan nilai diri. Seseorang yang memiliki kesadaran tinggi yang mampu mengenali keterkaitan antara perasaan, tindakan dan pikiran yang dilakukan. (2) Manajemen diri atau self management yaitu kompetensi manajemen diri berkaitan mengenai kemampuan untuk mengatur emosi, pikiran, perilaku di berbagai situasi. Kemampuan ini juga berkaitan dengan penanganan stres, mengontrol hasrat, bertahan menghadapi tantangan untuk mencapai tujuan. (3) Kesadaran sosial atau social awareness merupakan kesadaran sosial yang berkaitan dengan kemampuan untuk bisa berempati dengan orang lain dan mengambil perspektif dari berbagai sudut pandang. (4) Kemampuan berelasi atau relationship skills, merupakan kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk membangun dan memelihara suatu hubungan yang sehat antara individu dan kelompok. (5) Pembuatan keputusan bertanggung jawab atau responsible decision-making yaitu kemampuan yang berkaitan dengan pembuatan pilihan konstruktif yang benar dan cara bertindak sesuai etis norma sosial dan keselamatan.

Dengan menerapkan 5 kompetensi sosial dan emosional serta kesadaran penuh dapat menumbuhkan nilai dan peran dalam mengelola kompetensi sosial dan emosi murid sehingga nilai kemandirian dan pembelajaran yang berpusat pada murid. Hal ini merupakan langkah untuk mewujudkan visi terciptanya profil pelajar pancasila dan dalam pelaksanaannya dapat mengontrol kita untuk menciptakan budaya positif di sekolah dengan memandang perbedaan individu  setiap murid yang memiliki keunikan tersendiri.

  1. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

 

Untuk kasus yang melibatkan masalah moral atau etika, pengambilan keputusan harus tetap mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan universal, terutama menyangkut penentuan nilai benar atau salah.  Apabila dalam langkah ini hanya mempertimbangkan nilai yang diyakini secara pribadi maka mungkin saja keputusan yang diambil   menjadi bersifat subyektif, sehingga tidak efektif. Dalam hal ini, guru dapat menerapkan nilai kolaboratif dan reflektif, yaitu meminta  saran dari orang lain tentang keputusan yang akan diambil dan melakukan refleksi terhadap pilihan yang dibuat.

 

  1. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

 

Pengambilan keputusan yang tepat atas kasus dilema etika yang dilakukan melalui 9 Langkah pengambilan keputusan harus menghasilkan keputusan yang efektif karena telah melalui proses keputusan dan penelaahan yang konsisten dan terfokus. Keputusan yang dibuat dengan cara ini dapat mengakomodasi atau memenuhi sebagian besar pihak. Tentunya hal ini memberikan dampak positif bagi semua pihak dan mendukung terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

 

  1. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

 

Pengambilan keputusan didasarkan tiga prinsip pemecahan masalah dilemma yaitu Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) ataukah Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Semua tergantung situasi dan kondisi yang terjadi.  Namun setiap keputusan memiliki resiko, pro dan kontra, hal ini menjadi salah satu tantangan. Tantangan yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan terhadap kasus  dilema etika yaitu tidak dapat memuaskan semua pihak. Namun 9 langkah pengambilan keputusan yang saya coba lakukan dapat meminimalisir perasaan tidak nyaman dan keputusan yang saya ambil dapat diterima oleh semua pihak.

 

  1. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

 

Pengaruh pengambilan keputusan yang kita buat dalam pembelajaran yang memerdekakan murid merupakan merdeka belajar. Merdeka belajar artinya murid bebas mencapai kesusksesan, kebahagiaan sesuai minat dan potensinya tanpa ada paksaan dan tekanan dari siapapun. Murid diharapkan berhasil dalam bidangnya, bahagia karena menjadi apa yang diinginkan dan bertanggungjawab atas pilihannya. Dengan kata lain semua  keputusan harus berpihak pada murid, dan guru berfungsi untuk memfasilitasi, memoles bakat dan minat yang sudah ada. Kurikulum merdeka memberikan kebebasan pada murid untuk memilih mata pelajaran sesuai bakat dan minat serta kebutuhannya di kelas XI. Hal ini sangat menguntungkan murid, murid mempelajari mata pelajaran sesuai keinginan. Guru hanya memberi gambaran, memfasilitasi dan mengkondisikan murid agar memilih secara bertanggungjawab dan sesuai bakat, minat serta kebutuhan. Proses pembelajaran di kelas, guru menyampaikan pembelajaran berdiferensiasi  hal ini merupakan satu contoh keputusan yang berpihak pada murid. Guru Menerapkan secara eksplisit maupun implisit KSE adalah wujud nyata untuk memfasilitasi dan mengasah keterampilan sosial smosional murid-murid kita.

 

  1. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

 

Guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid, dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, memasukkan keterampilan sosial emosional dan menanamkan budaya positif, maka diharapkan murid akan belajar dengan senang dan nyaman sehingga akan menumbuhkan suatu komunitas “wellbeing”. Pada akhirnya murid akan mencapai Profil Pelajar Pancasila yang menjadi muara pendidikan di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut maka di masa yang akan datang, murid akan tumbuh menjadi sosok yang akan meneruskan kepemimpinan negeri ini. Namun, ketika seorang guru mengambil keputusan yang salah atau kurang  bijaksana yang “melukai” murid, maka bisa berdampak buruk bagi masa depan murid. Keputusan yang salah bisa membuat murid merasa trauma atau rendah diri sehingga tidak mau untuk mengembangkan diri dan potensinya. Oleh karena itu, bagi seorang guru keputusan tepat, yang berpihak kepada murid menjadi sangat penting.

 

  1. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

 

Seorang pemimpin pembelajaran, guru harus dapat mengambil keputusan yang tepat dalam berbagai kasus. Dalam pelaksanaannya, guru harus memahami berbagai hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan. Di antaranya adalah filosofi pendidikan, keberpihakan pada murid, kesadaran tentang keunikan dan keanekaragaman murid, kompetensi sosial emosional, paradigma dalam dilema etika, prinsip-prinsip berpikir untuk menyelesaikan dilema etika dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dalam melaksanakan proses pembelajaran, guru harus  memahami kebutuhan belajar murid yaitu dengan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi. Guru harus mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, sehingga keputusan yang diambil merupakan keputusan yang diambil dengan kesadaran penuh, dengan mempertimbangkan relasi, empati dan tanggung jawab. Selain itu juga Ketrampilan coaching diperlukan karena  proses ini dapat membantu murid mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Penulis menyimpulkan bahwa modul 1 sampai modul 3 merupakan hal yang berkaitan erat satu dengan yang lainnya, sehingga sudah seharusnya dikuasai oleh guru terutama calon guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran.

 

  1. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

 

Calon Guru Penggerak (CGP) memahami konsep tentang dilemma etika yang merupakan sebuah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih dua pilihan. Di mana kedua pilihan benar secara moral, tetapi bertentangan. Bujukan moral merupakan  sebuah situasi ketika pendidik harus memilih keputusan benar atau salah.

 

Dalam pengambilan keputusan terdapat 4 paradigma dilema etika yang dapat digunakan yaitu paradigma individu lawan masyarakat, paradigma rasa keadilan lawan rasa kasihan, paradigma kebenaran lawan kesetiaan, dan paradigma jangka pendek lawan jangka panjang. Paradigma ini digunakan dalam mempertajam analisis mengenai sebuah kasus berdasarkan nilai-nilai yang saling bertentangan.

 

Selain paradigma, CGP memahami 3 prinsip pengambian keputusan yaitu prinsip berpikir berbasis hasil akhir (end-based thinking), berpikir berbasis peraturan (rules-based thinking), dan berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking). Prinsip ini digunakan sebagai arah pengambilan keputusan yang akan diambil menuju keputusan yang paling sesuai.

 

Tahapan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yaitu mengenalai nilai-nilai yang saling bertentangan, menentukan siapa saja yang terlibat, kumpulkan fakta-fakta yang relevan, pengujian benar dan salah (uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi, uji panutan), pengujian paradigma benar lawan benar, melakukan prinsip resolusi, investigasi opsi trilema, membuat keputusan dan tinjau lagi keputusan dan refleksikan. Langkah tersebut merupakan salah satu pedoman untuk pengambilan keputusan yang bijaksana.

 

Hal diluar dugaan selama CGP mempelajari modul 3.1 yaitu  sulit membedakan antara bujukan moral dan dilema etika. Pada awal mempelajari modul ini CGP merasa terjebak saat sedang menganalisa sebuah kasus terkait bujukan moral yang CGP identifikasi sebagai dilema etika. Ketika kita dihadapkan pada sebuah kasus dan diharapkan mampu mengambil keputusan yang tepat maka kita perlu menggunakan 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga  kita dapat mengambil keputusan yang tepat dengan resiko yang sekecil-kecilnya dan memberikan manfaat yang lebih baik bagi banyak orang.

 

  1. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

 

Sebelum CGP mempelajari modul 3.1 tentang pengambilan keputusan, ternyata CGP pernah menerapkan 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu prinsip berpikir berbasis hasil akhir (end-based thinking), berpikir berbasis peraturan (rules-based thinking), dan berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking) dengan kasus yang berbeda-beda yaitu  pengambilan suatu keputusan yang berkaitan dengan nilai- nilai yang tertanam dalam diri kita dimana guru yang memiliki empati yang tinggi, rasa kasih sayang dan kepedulian cenderung akan memilih prinsip Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Sedangkan guru yang memiliki sikap jujur dan komitmen yang kuat untuk tunduk pada peraturan cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking). Dan guru yang reflektif dan memiliki jiwa sosial yang tinggi cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking). Namun dulu tidak mengetahui bahwa apa yang sudah dilakukan itu termasuk  prinsip-prinsip pengambilan keputusan.

 

  1. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

 

Dampak nyata yang saya rasakan yaitu CGP lebih mampu menganalisis kasus/masalah yang dihadapi termasuk dalam bujukan moral atau dilema etika sehingga akan lebih memudahkan CGP dalam pengambilan keputusan yang tepat sebagai seorang pemimpin pembelajaran. CGP akan berusaha menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga bisa mengambil keputusan yang paling tepat.

 

  1. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Setelah mempelajari modul 3.1, CGP sangat terbantu dalam mengatasi masalah yang sering dihadapi di lingkungan sekolah terkait dengan dilema etika dan bujukan moral. CGP dalam proses pengambilan sebuah keputusanmenggunakan alur yang jelas dan runtut, dan langkah awal paling penting adalah mengidentifikasi masalah tersebut termasuk dalam bujukan moral atau dilema etika sehingga akan memudahkan arah dan tujuan pengambilan keputusan agar tidak membuat kita terjebak dalam kondisi yang salah yang membuat pengambilan keputusan juga tidak tepat. Selain itu juga CGP measa lebih tenang karena dalam menentukan keputusan pasti ada pro dan kontra dan tidak bisa memuaskan semua pihak namun keputusan diambil dengan meminimalisir resiko dan memberikan manfaat yang lebih baik bagi banyak orang.

Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Penilaian Sumatif Akhir Tahun (PSAT) Tahun Pelajaran 2022/2023

Penilaian Sumatif Akhir Tahun (PSAT) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 s.d 9 minggu kegiatan pemb

12/06/2023 09:35 - Oleh Administrator - Dilihat 368 kali
P5 : Gaya hidup berkelanjutan melalui pemanfaatan sampah

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dalam Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM). P5 adalah upaya untuk mewujudkan Pelajar Panc

06/06/2023 08:57 - Oleh Administrator - Dilihat 301 kali
Wisuda Purna Siswa Kelas XII Tahun Pelajaran 2022/2023

Purwakarta - Rabu (17/05/2023). Dalam rangka pelepasan siswa kelas XII tahun pelajaran 2022/2023 di halaman SMAN 1 Sukatani Kab. Purwakarta ini merupakan penandakan bahwa telah usai pem

22/05/2023 10:59 - Oleh Administrator - Dilihat 331 kali
PROFES KRITIK (Proyek Festival Kriya Tekstil dan Batik) SMAN 1 Sukatani

kegiatan PROFES KRITIK (Proyek Festival Kriya Tekstil dan Batik) ini dilaksanakan selama 2 hari yaitu pada tanggal 21-22 februari 2023. kegiatan ini merupakan kegiatan layanan kelas pen

23/02/2023 07:46 - Oleh Administrator - Dilihat 261 kali
Ujian Praktek Kelas XII Tahun Pelajaran 2022/2023

Ujian praktek yang dilaksanakan oleh kelas XII IPA maupun XII IPS ini telah dilaksakan pada tanggal 13 sampai 17 Februari 2023. Ujian Praktek merupakan kegiatan yang bertujuan untu

20/02/2023 08:44 - Oleh Administrator - Dilihat 364 kali
Penilaian Tengah Semester Genap Tahun pelajaran 2021/2022

Penilaian Tengah Semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 s.d 9 minggu kegiatan pembelajaran. c

22/03/2022 10:10 - Oleh Administrator - Dilihat 2912 kali
UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Salah satu kegiatan yang harus dilakukan dalam proses pendidikan adalah kegiatan penilaian. Penilaian adalah usaha mengumpulkan bebagai data atau informasi secara berkesinambungan dan m

14/03/2022 20:13 - Oleh Administrator - Dilihat 2136 kali